Buku perdana yang akan kita review kali ini merupakan koleksi lama. Buku cetakan pertamanya diterbitkan oleh Darul Falah di Jakarta Juli 2003. Dan buku terjemahan ini diberi judul dengan "Memahami Ayat-ayat dan Hadits-Hadits Kontradiksi".
Asalnya, buku ini diberi judul dengan "Syubuhat wa Isykalaat Haula Ba'dil Ahadiits wal Aayaat" yang disusun oleh Lajnah Ad-Daimah li Al-Buhuts Al-Ilmiyah wa Al-Ifta, Saudi Arabia dengan penerbit Daar Ats-Tsabat li An-Nasyr wa At-Tausi.
Buku ini diterjemahkan oleh Munirul Abidin, M.Ag dan Zulfikar sebagai editor bahasa. Sedangkan jumlah halaman buku ini terdiri atas 194 halaman.
Setelah pemaparan kata pengantar pada bagian pendahuluan. Halaman berikutnya menampilkan daftar isi buku yang terdiri atas 65 pokok bahasan; yaitu:
1. Kontradiksi Seputar Makna Pengetahuan Allah Terhadap Apa yang Ada di Dalam Rahim
2. Kontradiksi Dalam Keterjagaan Nabi dari Syirik
3. Kontradiksi Tentang Pembedaan Para Rasul
4. Kontradiksi Tentang Ayat-ayat Ampunan Allah
5. Kontradiksi dalam Bermunajat di Kuburan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam
6. Kontradiksi Antara Berdo'a Supaya Dijadikan Pemimpin dan Larangan Berbuat Riya
7. Kontradiksi Antara Jaminan Allah Terhadap Semua Makhluk dengan Kelaparan di Afrika
8. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Taqwa
9. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Kezhaliman Kepada Diri Sendiri dan Orang Lain
10. Kontradiksi Seputar Makna Kelupaan Allah
11. Kontradiksi Antara Ajakan Beramar Ma'ruf dan Meninggalkannya
12. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Pengampunan Dosa
13. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Musibah
14. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Perubahan Ketetapan Allah
15. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Ampunan Allah
16. Kontroversi Seputar Ayat-ayat Tentang Orang-orang Ummi
17. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Azab Allah Sebelum Pengutusan Rasul
18. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Pengetahuan Allah
19. Kontradiksi Seputar Makna Ayat-ayat Tentang Kehendak Allah
20. Kontradiksi Seputar Kekuasaan Allah Terhadap Seseorang
21. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Kebebasan Untuk Beragama
22. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Peniupan Roh
23. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Manusia Sebagai Khalifah
24. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Trinitas
25. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Amal pada Hari Kiamat
26. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Syirik
27. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Pengeluaran Seseorang dari Surga
28. Kontradiksi Seputar Hadits-hadits Tentang Tangan Allah
29. Kontradiksi Seputar Masalah Keutuhan Jasad Rasulullah dan Posisinya Sebagai Manusia Biasa
30. Kontradiksi Seputar Ayat-ayat Tentang Kematian Bayi
31. Kontradiksi Seputar Hadits-hadits Tentang Rukun Iman
32. Kontradiksi Seputar Hadits-hadits Tentang Ruqyah (Jampi-jampi)
33. Kontradiksi Seputar Hadits-hadits Tentang Penyakit Menular
34. Kontradiksi Seputar Makhluk yang Pertama Kali Diciptakan Allah
35. Konstradiksi Seputar Hadits-hadits Tentang Adab Berdo'a
36. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Tangan Tuhan
37. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Mencela Waktu
38. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Tanggung Jawab Amal Pribadi
39. Kontradiksi Seputar Perbedaan Hadits-hadits Tentang Mati Syahid
40. Kontradiksi Seputar Perbedaan Hadits-hadits Tentang Ramalan
41. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Turunnya Allah ke Muka Bumi di Sepertiga Malam Terakhir
42. Kontradiksi Seputar Dialog Allah untuk Membeberkan dan Menutupi Dosa
43. Kontradiksi Seputar Sesuatu yang Ditimbang di Akhirat
44. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Penghapusan Pahala Amal Kebaikan
45. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Tanda-tanda Kiamat
46. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Orang yang Mendapatkan Azab yang Paling Keras
47. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Dosa Percaya Kepada Dukun
48. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Perselisihan Para Sahabat
49. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Perintah Agar Segera Memakamkan Jenazah
50. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Perintah Shalat Tepat Waktu dan Menunggu Fajar Hingga Menguning
51. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Kafirnya Orang yang Meninggalkan Shalat
52. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Terjadinya Kiamat
53. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Memikul Dosa Orang Lain
54. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Penciptaan Adam
55. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Kisah Tiga Penghuni Goa
56. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Kehendak Allah dan Rasul-Nya
57. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Penggunaan Kata "Sayyid"
58. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Meminta Berkah dari Air Ludah Selain Nabi
59. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Pembuatan Sunnah
60. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Mendekatkan Diri Kepada Allah
61. Kontradiksi Seputar Hadits:"Jika kalian mengulurkan benang ke bumi ketujuh niscaya akan sampai kepada Allah"
62. Kontradiksi Seputar Hadits Bahwa Allah akan Mengutus Seorang Utusan Setiap Seratus Tahun
63. Kontradiksi Septar Hadits Tentang Silaturrahim
64. Kontradiksi Seputar Hadits Bahwa Hujan Tidak Turun Karena Kemaksiatan
65. Kontradiksi Seputar Hadits Tentang Kekafiran dalam Mencela Manusia dan Mayit
Kontradiksi Seputar Makna Pengetahuan Allah Terhadap Apa yang Ada di Dalam Rahim
Sejatinya memang tidak ada pertentangan antara Al-Qur'an dengan As Sunnah maupun antara salah satu atau keduanya dengan ilmu pengetahuan serta realitas yang ada di lapangan.
Namun tidak sedikit tulisan yang berusaha untuk mengaburkan keykinan ini. Sehingga mereka sengaja atau tidak sengaja berusaha menggiring opini seolah-olah terjadi kontradiksi antara Al-Qur'an dan As-Sunnah. Bahkan tidak jarang juga membenturkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan sains agar terlihat kontradiksi meskipun pada hakekatnya tidaklah demikian.
Untuk itu, buku ini hadir untuk menjawab berbagai masalah yang dianggap kontroversi tersebut. Dan setelah membaca uraian dari para ulama ini insya Allah terjawab sudah berbagai macam syubuhat terkait ayat-ayat yang dianggap kontradiksi.
Salah satu contoh yang akan saya nukilkan kali ini tentang dunia kedokteran yang dianggap kontroversi dengan ayat Al-Qur'an. Padahal jika kita telisik lebih jauh tidaklah sebagaimana prasangka orang-orang yang sepertinya tidak suka dengan keontentikan Al-Qur'an.
Oleh karenanya, silahkan simak pemaparan terkait hal tersebut. Berikut ini salah satu contohnya seputar kontradiksi makna pengetahuan Allah terhadap apa yang ada di dalam rahim. Tulisan di bawah ini dikutip dari bahasan pertama dari buku "Memahami Ayat-ayat dan Hadits-hadits Kontradiksi".
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ
"Dan (Dia) mengetahui apa yang ada di dalam rahim." (QS. Luqman: 34)
Ilmu kedokteran pada saat ini mengetahui jenis kelamin janin sewaktu masih ada di dalam perut.
Pertanyaan:
Syaikh ditanya, bagaimana kita menyelaraskan antara ilmu kedokteran sekarang yang telah mengetahui jenis kelamin laki-laki atau perempuan, dengan firman Allah, "Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim." (QS. Luqman: 34) dan penjelasan dalam tafsir Ibnu Jarir dari Mujahid bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shalallahu alaihi wa sallam tentang jenis kelamin anak yang dikandung istrinya, maka Allah menurunkan ayat itu, serta penjelasan Qatadah rahimahullah? Mana yang mengkhususkan keumuman firman Allah, "Apa yang ada di dalam rahim?"
Jawaban:
Beliau menjawab, "Sebelum saya berbicara tentang masalah ini saya akan menjelaskan bahwa tidak mungkin adanya pertentangan antara ayat Al-Qur'an yang sharih dengan realitas. Jika terjadi pertentangan antara realitas dengan ayat, bisa jadi apa yang dijelaskan dalam realitas itu baru berupa prasangka bukan hakikat, atau ayat-ayat Al-Qur'an itu tidak bersifat sharih dalam pertentangannya, karena ayat Al-Qur'an yang sharih dan hakikat yang realistis, keduanya bersifat qath'i, sehingga tidak mungkin terjadi pertentangan antara dua hal yang bersifat qath'i itu.
Jika masalah ini telah jelas, maka dikatakan bahwa sekarang mereka telah mampu melihat janin yang ada di dalam rahim dengan alat canggih, sehingga diketahui jenis kelaminnya; perempuan atau laki-laki. Jika perkiraan itu salah, maka jangan dibicarakan, tetapi jika benar-berarti tidak bertentangan dengan ayat, karena ayat tersebut menunjukkan atas perkara gaib, yaitu: ilmu Allah dalam lima perkara gaib yang berkaitan dengan janin, yaitu lamanya dalam perut ibunya, kehidupannya, pekerjaannya, rizkinya, kesengsaraannya, kebahagiannya, dan jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan yang termasuk ilmu gaib, karena setelah diciptakan berarti menjadi pengetahuan terhadap sesuatu yang sudah riil (dapat disaksikan), hanya saja dia tertutupi oleh tiga kegelapan (selaput), yang apabila selaput itu disingkap akan jelaslah perkaranya. Hal ini tidak jauh bedanya dengan ciptaan Allah yang berupa cahaya, yaitu cahaya kuat yang menembus selaput itu sehingga menjadi jelaslah jenis kelamin janin; laki-laki atau perempuan. Pada ayat tersebut tidak secara sharih mengatakan pengetahuan tentang jenis kelamin; laki-laki atau perempuan dan begitu juga sunnah Nabi.
Sedangkan hadits yang dinukil penanya dari Ibnu Jarir dari Mujahid bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shalallahu alaihi wa sallam tentang jenis kelamin anak yang dikandung istrinya lalu Allah menurunkan ayat ini, hadits ini adalah hadits munqathi' karena Mujahid rahimahullah termasuk dari kalangan tabiin.
Sedangkan penafsiran Qatadah rahimahullah itu mungkin dimaksudkan penghkususan Allah terhadap pengetahuan janin itu sebelum diciptakan, sedangkan setelah diciptakan dapat diketahui selain-Nya.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam menafsirkan ayat surat Luqman tersebut, "Begitu juga tidak diketahui orang lain di dalam rahim, apa yang akan diciptakan-Nya, tetapi jika telah ditetapkan penciptaannya; laki-laki atau perempuan, bahagian atau sengsara, hal itu diketahui oleh malaikat yang diutus Allah untuk meniupkannya dan orang-orang tertentu yang dikehendaki-Nya.
Sedangkan mengenai pertanyaan Anda tentang pengkhusus dari firman Allah yang umum, "Apa yang ada di dalam rahim." Kami menjawab, "Jika ayat itu berkaitan jenis kelamin janin; laki-laki atau perempuan setelah penciptaan, maka pengkhususnya adalah indra dan realitas. Para ulama ushul telah menyebutkan bahwa pengkhusus dari keumuman kitab dan sunnah adalah bisa nash, ijma', qiyas, indra atau akal. Pendapat mereka dalam hal ini jelas.
Jika ayat itu tidak menjelaskan janin setelah diciptakan, tetapi yang dimaksudkan adalah sebelum penciptaan, maka pendapat ini tidak bertentangan dengan penemuan modern yang juga mengetahui jenis kelamin janin: laki-laki atau perempuan.
Alhamdulillah, sampai sekarang tidak ada dalam realitas ini sesuatu yang bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang sharih, yang karenanya musuh-musuh Allah mencela Al-Qur'an, karena secara lahir terjadi pertentangan. Hal itu terjadi karena pemahaman mereka yang sempit terhadap Kitabullah atau karena niat mereka yang jelek. Tetapi menurut ahli agama dan ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu, telah menepis keraguan mereka tersebut.
Manusia dalam hal ini terbagi menjadi dua kelompok dan satu kelompok penengah.
Kelompok pertama, mereka yang berpegang kepada zahir Al-Qur'an yang tidak sharih, yang mengingkari adanya perbedaan dari segala aspek yang realistis dan meyakinkan. Maka dari itu dia mencela kepada dirinya sendiri karena ketidakmampuannya atau mencela Al-Qur'an karena dalam pandangannya telah bertentangan dengan realitas yang meyakinkan.
Kelompok kedua, menentang apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur'an dan mengambil pemikiran yang bersifat materialistis belaka, maka mereka ini adalah orang-orang ateis.
Sedangkan kelompok penengah, mereka mengambil dalalah Al-Qur'an, membenarkan realitas dan mengetahui bahwa tiap-tiap aspek memiliki kebenarannya tersendiri, tidak mungkin terjadi pertentangan antara ayat-ayat Al-Qur'an yang sharih dengan masalah yang nyata, lalu dia memadukan antara pengetahuan yang ada pada dalil naqli (wahyu) dengan akal, sehingga selamatlah agama dan akalnya. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang beriman dalam kebenaran yang mereka perselisihkan dan Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya menuju jalan yang lurus."
Selesai kutipan yang diambil dari halaman 1- 4 dengan catatan kaki tertulis di sana: Syaikh Muhammad bin Utsaimin, Majmu' Fatawa wa Rasail, I, 68-70, Jam' Fahd As-Sulaiman.
Kesimpulan
Buku ini sangat bagus untuk dibaca terutama kaum muslimin agar lebih memahami agamanya. Karena pemaparan yang dijelaskan oleh para ulama lebih mengena dan menentramkan hati. Meskipun berupa terjemahan dari bahasa asalnya yang berupa bahasa Arab. Kandungan makna yang didapat dari setiap uraian mudah untuk dipahami. Sehingga, syubhat yang mungkin selama ini bercokol tanpa kita sadari bisa terkikis dengan penjelasan tersebut.
Oh ya, buku ini saya beli dengan harga Rp. 20.000 antara tahun 2003 - 2006 ketika saya masih tinggal di Jakarta. Dengan harga tersebut insya Allah sepadan dengan banyaknya manfaat yang didapat dari pemaparan yang dijelaskan oleh para ulama di Lajnah Ad-Daimah Saudi Arabia tersebut.
Barangkali ada yang berminat untuk membeli silahkan googling saja ya. Adapun teruntuk penerbit yang buku-bukunya saya review yang ternyata misalnya tidak ridho? Monggo silahkan japri agar tulisan review di atas tidak jadi untuk dipublikasikan, terima kasih.