Biografi Singkat Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu anhu

Viewers
April 10, 2023 ,

Sosok salah seorang sahabat yang satu ini mungkin sudah tidak asing lagi. Beliau adalah Mu'awiyah bin Abu Sufyan yang merupakan khalifah pertama dari Bani Umawiyah. Dan atas ijtihad beliau juga kemudian mewariskan tampuk kekuasaan kekhalifahan kepada putranya yaitu Yazid bin Mu'awiyah. 

Mungkin, kebijakan beliau ini dianggap janggal bagi sebagian kaum muslimin. Terutama saudara-saudara kita yang terpapar pemahaman bahwa: "Khilafah Islam runtuh sejak tahun 1924 M". Dan oleh karena keruntuhan tersebut konon katanya kita harus menegakan khilafah islamiyah. 

Dan sosok Mu'awiyah juga memunculkan reaksi negatif dari orang-orang yang tidak suka. Padahal beliau adalah penulis wahyu dari kalangan shahabat Nabi shalallahu alaihi wa sallam. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya ketengahkan biografi singkat beliau.

Semoga, dengan membaca ringkasan sejarah di bawah ini seorang muslim bisa bersikap adil. Adapun tulisan tersebut diambil dari buku Tarikh Daulah Umawiyyah halaman 2 - 35 yang sudah kita review. 

Biografi Singkat Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu anhu

Image by Manuel Abdo from Pixabay 


Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu anhuma 41 - 60 H

Biografi dan Keutamaannya

Beliau bernama Mu'awiyah bin Abi Sufyan (Shakhr bin Harb) bin Umayyah bin 'Abdi Syams bin 'Abdi Manaf bin Qushai, Abu 'Abdirrahman Al-Qurasyi Al-Umawi, pamannya kaum mukminin (Karena beliau adalah saudara laki-laki Ummul Mukminin Ummu Habibah radhiallahu anha). Beliau adalah penulis wahyu Rabb semesta alam. Lahir dua tahun sebelum kenabian -yaitu 15 tahun sebelum Nabi shalallahu alaihi wa sallam hijrah ke Madinah-, Beliau, ayahnya, dan ibunya, Hindun binti 'Utbah, masuk Islam pada hari penaklukan kota Makkah. Diriwayatkan dari Mu'awiyah bahwa beliau berkata:"Aku masuk Islam pada hari 'Umrah Qadhaa' (pada tahun ke-7 hiriyah), akan tetapi aku menyembunyikan keislamanku terhadap bapakku sampai pada hari penaklukan kota Makkah". Ayahnya adalah Abu Sufyan radhiallahu anhu, salah satu pembesar Quraisy yang dulunya menentang Islam. Ketika telah masuk Islam maka baguslah Islamnya, memiliki jasa-jasa yang cemerlang pada perang Yarmuk, dan perang-perang sebelum dan sesudahnya.

Mu'awiyah radhiallahu anhuma menemani Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, dan menulis wahyu di hadapannya shalallahu alaihi wa sallam bersama para penulis yang lain. Beliau meriwayatkan sejumlah hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, juga dalam kitab-kitab sunan*3) dan musnad*4). Sejumlah shahabat dan tabi-in meriwayatkan (hadits Rasulullah shalallahu alahi wa sallam) darinya.

Abu Bakar bin Abi Ad-Dunya mengatakan: "Mu'awiyah radhiallahu anhuma adalah seorang yang tinggi, putih kulitnya, dan seorang yang tampan."

Hadits-hadits yang Mengandung Keutamaan Mu'awiyah radhiallahu anhuma

Al-Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya bahwa Abu Sufyan radhiallahu anhu meminta kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tiga perkara, beliau shalallahu alaihi wa sallam berkata:"Wahai Rasulullah, berikanlah kepadaku tiga perkara". Beliau menjawab:"Baiklah." Abu Sufyan berkata:"Aku memiliki anak perempuan yang paling cantik di kalangan kaum Arab, yaitu 'Izzah binti Abi Sufyan, aku ingin menikahkanmu dengannya." Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menjawab:"Yang demikian itu tidak halal bagiku."*5) Abu Sufyan radhiallahu anhu berkata:"Mu'awiyah, jadikanlah ia sebagai sekretarismu." Beliau menjawab: "Baiklah." Abu Sufyan radhiallahu anhu berkata:"Perintahkanlah aku (untuk memimpin perang) agar aku memerangi orang-orang kafir sebagaimana aku dahulu memerangi orang-orang muslim." Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menjawab: "Baiklah".

Dalam riwayat ini terdapat pemuliaan yang sangat terhadap Abu Sufyan dan anaknya, yaitu Mu'awiyah radhiallahu anhuma.

Ath-Thabrani rahimahullah meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya adalah tsiqah (terpercaya) bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mendo'akan Mu'awiyah, beliau shalallahu alaihi wa sallam berkata: "Ya Allah berikanlah dia petunjuk (hidayah), jauhkanlah ia dari kekejian, dan berikanlah ampunan baginya, baik di dunia maupun di akherat." Al-Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dengan sanad yang para perawiya adalah terpercaya dari shahabat Al-Irbadh bin Sariyah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:"Ya Allah berikanlah Mu'awiyah ilmu Al-Qur'an, ilmu berhitung, dan jagalah ia dari adzab." At-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam yang ia hasankan, beliau mendo'akan Mu'awiyah radhiallahu anhuma:"Ya Allah jadikanlah dia sebagai seorang yang memberi petunjuk yang benar dan mendapatkan ilham, berikanlah hidayah kepadanya." Dalam riwayat Al-Bukhari dengan sanadnya yang sampai kepada Ummu Haram binti Milhan, istri 'Ubadah bin Ash-Shamith radhiallahu anhu, secara marfu' (sampai kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam):"Pasukan perang yang pertama kali sebagai armada laut dari umatku telah mendapat surga." Aku berkata:"Wahai Rasulullah apakah saya termasuk diantara pasukan itu?" Beliau menjawab:"Ya, engkau tergabung dalam pasukan itu." Dan Mu'awiyah radhiallahu anhuma adalah panglima pasukan itu dan diantara pasukan ada Ummu Haram radhiallahu anha.

Inilah sosok Mu'awiyah radhiallahu anhuma, salah seorang shahabat Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan seorang mujahid yang dicintai oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mempercayakan kepadanya tugas yang paling agung dan paling penting, yaitu menulis wahyu Dzat Yang Menguasai alam semesta alam. Lantas dimanakah gambaran yang begitu cemerlang dan indahnya dibandingkan dengan gambaran suram yang dipaparkan oleh para pendengki dan para penghasut dari kalangan Syiah Rafidhah dan orientasil?!! Mereka menyifati Mu'awiyah radhiallahu anhuma dengan berbagai sifat yang jelek berupa perbuatan makar, menipu, rakus, dan penumpah darah kaum muslimin. Kita berlindung kepada Allah subhanahu wa ta'ala dari hasutan dan celaan ini. Sampai-sampai mereka tega untuk menyusupkan riwayat-riwayat dusta dalam sumber-sumber sejarah yang utama.

Orang yang paling getol dalam membuat kedustaan di atas dan periwayatannya dijadikan sebagai sandaran kebanyakan sejarawan -hal ini amat disayangkan- dalam menukilkan peristiwa-peristiwa fitnah yang terjadi adalah seorang perawi dari kalangan Syiah Rafidhah yang bernama Abu Mikhnaf Luth bin Yahya. Dialah orang yang banyak menyusupkan sejumlah kedustaan dan kepalsuan - hal ini adalah perkara yang amat disayangkan. Akan tetapi para ulama Islam telah menerangkan dan membongkar kedoknya, seperti Ibnu Katsir dan Adz-Dzahabi -semoga Allah merahmati keduanya.

Haluan Politik yang Beliau Tempuh dan Upaya-upaya Perdamaian yang Beliau Lakukan

Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya adalah orang-orang yang terpercaya, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: "Wahai Mu'awiyah, bila engkau memegang tampuk kepemimpinan maka hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan berlakulah adil". Mu'awiyah radhiallahu anhuma berkata: "Aku senantiasa menyangka bahwa diriku adalah orang yang akan mendapat ujian berupa sebuah jabatan karena pernyataan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sampai kemudian aku pun mendapat ujian itu."

Cukuplah sebagai bukti keadilan dan amanahnya bahwa Umar radhiallahu anhu menjadikan beliau sebagai gubernur di sebagian negeri Syam, kemudian 'Utsman radhiallahu anhu menjadikannya sebagai gubernur untuk seluruh wilayah Syam sepeninggal 'Umar radhiallahu anhu. Beliau adalah seorang yang dicintai oleh rakyatnya. Beliau memegang kekuasaan di wilayah Syam selama 20 tahun, sedangkan kekhalifahan beliau pegang selama 20 tahun pula. Selama masa pemerintahan yang panjang itu, tidak ada seorang pun yang hendak merongrong wilayahnya, bahwan seluruh kaum muslimin tunduk di bawah pemerintahannya. Kekuasaannya mencakup berbagai wilayah, yaitu dua negeri haram (Makkah dan Madinah), Syam (sekarang terbagi menjadi beberapa negara: Yordan, Syiria, Palestina -pen), Mesir, Iraq, Khurasan, Persia (Iran), jazirah Arab, Yaman, Maghrib, dan lain-lainnya. Qabishah bin Jabir berkata tentangnya: "Aku tidak pernah menyaksikan seorang yang sangat penyabar, sangat baik, jauh dari kekerasan, ssangat lembut jalan keluarnya, sangat bersemangat dalam melakukan perbaikan, perlakuan luarnya sama dengan dalamnya daripada Mu'awiyah radhiallahu anhuma."

Khalifah Mu'awiyah radhiallahu anhuma telah memilih dengan baik para bawahannya. Beliau memilih mereka dari kalangan orang-orang yang memiliki kecakapan untuk memimpin, cerdas, dan bagus dalam mengatur. Oleh karena itu mereka benar-benar membantu dan menolongnya sehingga kerajaannya berjalan dengan baik. Diantara orang-orang yang memiliki sifat di atas adalah 'Amr bin Al-'Ash sebagai gubernur di Mesir, Al-Mughirah bin Syu'bah di Kufah dan Ziyad bin Abihi di Bashrah radhiallahu anhum.

Sistem pemerintahan yang beliau canangkan baik di dalam negeri maupun di luar negeri mendapatkan kesuksesan. Kesuksesan yang didapatkan di luar negeri akan kita bicarakan ketika membahas penyebaran Islam di masa pemerintahannya. Adapun kesuksesan di dalam negeri maka upaya perbaikan dan penataan yang beliau lakukan mampu mencapai seluruh wilayah. Diantara usaha terpenting yang beliau lakukan adalah mengatur tukang pos. Dalam hal ini beliau telah membuat suatu cara yang belum pernah ada sebelumnya. Beliau membuat pos-pos yang telah dipersiapkan di dalamnya kuda-kuda tunggangan. Apabila tukang pos pertama telah mencapai jarak yang memayahkannya maka akan dilanjutkan oleh tukang pos berikutnya untuk disampaikan pada tukang pos yang berikutnya lagi yang telah mempersiapkan diri pula. Demikian pada akhirnya surat yang diposkan akan sampai dengan cepat dan teratur. Tidak diragukan lagi bahwa upaya yang mulia ini memiliki pengaruh dalam menjaga stabilitas nasional yang keamanan rakyatnya. Sehingga sangat memungkinkan untuk sampainya dengan cepat pengaduan seorang yang dianiaya yang berada di pelosok negeri kepada sang khalifah. Sebagaimana pula perintah dan saran-saran sang khalifah akan sampai kepada gubernur atau rakyat yang dituju dengan begitu cepat, tepat dan rapi.

Mu'awiyah radhiallahu anhuma juga memulai upaya baru dengan mendirikan bagian pengesahan (penyetempelan/pengarsipan) untuk menyusun surat-surat resmi khalifah kemudian diikat dengan tali dan dibubuhi lilin agar senantiasa terjaga kewibawaannya dan aman dari ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Perluasan Wilayah di Masa Pemerintahan Mu'awiyah radhiallahu anhuma

Mu'awiyah radhiallahu anhuma mendapatkan warisan berupa sebuah negara yang sangat luas dari para pendahulunya, yaitu para khalifah yang empat. Karena luasnya wilayah ini, sehingga butuh kepada usaha yang kuat agar keamanan dan kesejahteraan terwujud di seluruh pesolok negeri. Namun hal ini tidak membuat Mu'awiyah radhiallahu anhuma lalai dari melanjutkan upaya jihad, penaklukan wilayah-wilayah, dan dakwah ke negara lain. Oleh karena itu, beliau mulai menyingsingkan lengan untuk melanjutkan jihad fii sabilillah. Pembentukan pasukan jihad dilakukan yaitu dengan membagi pasukan menjadi pasukan yang berperang di musim dingin dan pasukan yang berperang di musim panas. Sehingga perluasan wilayah pun mulai berlanjut sebagaimana yang dilakukan oleh pendahulunya dari empat khalifah dan kaum muslimin pun tidak terjatuh dalam kemala66san dan buaian kesejahteraan.

Negeri Persia berusaha melepaskan dirinya dari upeti yang harus dibayarkan. Mereka mulai melakukan fitnah (upaya-upaya makar -pen) pada masa pemerintahan Mu'awiyah radhiallahu anhuma untuk melawan hukum Islam. Dengan demikian pasukan Mu'awiyah radhiallahu anhuma harus menghadapi ancaman fitnah ini. Kemudian perjalanan perjuangan-perluasan negeri dilanjutkan ke arah timur. Sungai Jaihun (sungai Amudarya) diseberangi, sehingga terbukalah wilayah Bukhara, Samarkand, dan Turmurdz.

Pada waktu yang bersamaan, kerajaan Romawi juga melakukan rangkaian penyerangan untuk mempersempit wilayah Islam, yaitu dengan menyerang wilayah barat laut. Oleh karena itu Mu'awiyah radhiallahu anhuma mempersiapkan pasukan perang, dan kemenangan pun diperoleh oleh pasukan muslimin di banyak medan pertempuran. Selain itu, beliau juga mempersiapkan armada laut yang berkekuatan 1.700 kapal. Pasukan marinir yang besar ini, dengan idzin Allah Ta'ala berhasil menaklukkan wilayah Ciprus dan Rudis, serta kepulaian lainnya yang masuk dalam wilayah kerajaan Romawi.

Sang khalifah radhiallahu anhuma juga mengirimkan pasukan besar untuk membuka wilayah Konstantinopel.6) Upaya besar yang beliau lakukan ini merupakan tanda yang jelas bahwa beliau adalah seorang yang amat yakin akan kemenangan dan pertolongan Allah subhanahu wa ta'ala. Beliau radhiallahu anhuma melancarkan upaya ini pada tahun 48 H. Sejumlah shahabat Nabi shalallahu alaihi wa sallam ikut serta dalam perang ini. Diantara mereka adalah 'Abdullah bin 'Abbas, 'Abdullah bin 'Umar, 'Abdullah bin Az-Zubair, dan Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu anhum. Mu'awiyah radhiallahu anhuma menunjuk putranya yang bernama Yazid sebagai komandan pasukan perang ini. Pengangkatan putranya sebagai panglima pasukan tidak menimbulkan rasa berat pada diri shahabat radhiallahu anhum. Bahkan yang mereka tunjukkan adalah sikap siap berperang di bawah komandonya disertai dengan penyampaian nasehat untuknya dengan jihad yang sebenar-benarnya.

Namun operasi tempur yang dilancarkan ini tidak berhasil menerobos sedikitpun tembok pagar dan benteng pertahanan Konstantinopel. Benteng tersebut membuat pasukan Islam kewalahan dan tidak berhasil untuk menembusnya. Api yang dinyalakan oleh pasukan Yunani berhasil membakar sejumlah besar kapal muslimin. Walaupun tidak berhasil melumpuhkan benteng Konstantinopel, namun operasi militer yang dilancarkan oleh pasukan muslimin ini berhasil menguasai pulau besar yang berada di dekat Konstantinopel dan pulau itu berada di bawah kekuasaan kaum muslimin selama tujuh tahun. Kemudian Yazid bin Mu'awiyah semasa pemerintahannya meninggalkannya.

Adapun di Afrika (Tunis) 7), maka banyak fitnah/huru hara yang terjadi, ditambah lagi kerajaan Romawi memiliki cengkeraman kekuatan yang besar di daerah itu. Keadaan yang demikian dikarenakan keberhasilan yang dicapai kaum muslimin dalam menguasai wilayah Afrika hanya sebatas negeri itu. Afrika bagian utara sebelum dikuasai oleh kaum muslimin adalah negeri yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Romawi.

Pada tahunn 50 H Mu'awiyah radhiallahu anhu mengutus 'Uqbah bin Nafi' bersama 10.000 pasukan sehingga wilayah Afrika berhasil dikuasai kembali dan Islam pun tersebar di pelosok negeri. Sejumlah orang dari kaum Barbar yang masuk Islam dimasukkan ke dalam barisannya. Kota Qirwan dibangun sebagai tempat tinggal kaum muslimin dan keluarganya. Masjid jami' dibangun pula dan diberi benteng yang kuat agar tidak bisa dijamah oleh kaum Barbar. Sepeninggal Mu'awiyah radhiallahu anhuma dan kekuasaan di tangan putranya yaitu Yazid, 'Uqbah bin Nafi' melanjutkan upaya penaklukan negeri sehingga berhasil menguasai seluruh wilayah Afrika bagian utara. Sampai beliau berhasil menguasai batas benua dan menyaksikan lautan sambil mengatakan: "Wahai Rabbku, kalau bukan karena lautan ini sungguh aku akan terus melanjutkan penaklukan negeri dan berjihad di jalan-Mu."

Pengangkatan Yazid rahimahullah sebagai Penguasa

Cara pengangkatan khalifah pada masa Al-Khulafaa' Ar-Raasyidiin adalah bermacam-macam. Akan tetapi kesemua cara yang dilakukan bersandar pada sistem Syura dan memperhatikan maslahat (kebaikan) secara menyeluruh bagi kaum muslimin sebagaimana telah kita saksikan pada pembahasan yang lalu 8). Sedangkan pengangkatan Yazid rahimahullah sebagai penguasa, maka penilaian awal seakan menyelisihi metode Syura dan bahkan meniadakannya. Namun apabila kita mempelajari dan memperhatikan dengan seksama keadaan pada waktu itu dan semua sisi kehidupan yang terjadi, maka kita akan mendapati hal lain dari penilaian awal tersebut. Oleh karena itu, para ulama memberikan berbagai kemungkinan (alasan/udzur) terhadap apa yang dilakukan oleh Mu'awiyah radhiallahu anhuma. Alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Beliau radhiallahu anhuma mengetahui bahwa para shahabat yang ada dan sebagian putra-putra mereka adalah lebih utama dan lebih baik daripada Yazid rahimahullah.

2. Berbilangnya sejumlah pihak yang berhak untuk menjadi penguasa dan kekhawatiran beliau akan munculnya perbedaan dan persengketaan antar kaum muslimin. Juga kekhawatiran penyusupan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam di tengah-tengah kaum muslimin sehingga fitnah / huru-hara akan mereka lancarkan sebagaimana telah terjadi pada masa-masa yang lalu.

3. Tidak diragukan lagi bahwa Yazid rahimahullah memiliki keahlian dalam perang dan sistem pemerintahan/politik. Seluruh keturunan Bani Umayyah dan penduduk Syam sepakat untuk menunjuknya dan tidak akan menyerahkan kepada orang selainnya, walaupun akan terjadi pertumpahan darah dan pembunuhan. Mu'awiyah radhiallahu anhuma khawatir akan kembali terjadi fitnah dan babak baru penumpahan darah kaum muslimin akan terulang, padahal kaum muslimin telah hidup selama 20 tahun di dalam keamanan dan ketenteraman. Oleh karena itu beliau mengangkat putranya sebagai penguasa yang menggantikannya.

Ibnu Katsir rahimahullah telah membawakan sejumlah riwayat yang menerangkan bahwa Mu'awiyah radhiallahu anhuma berdoa kepada Rabbnya dengan penuh ketundukan di hadapan kaum muslimin dalam keadaan beliau di atas mimbar, beliau mengatakan: "Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa aku mengangkatnya sebagai penguasa karena berdasarkan pengetahuanku bahwa dia (Yazid) adalah orang yang pantas memimpin, maka luluskanlah pengangkatan ini. Dan apabila Engkau mengetahui bahwa aku mengangkatnya berdasar atas kecintaanku kepadanya, maka jangan Engkau meluluskan pengangkatanku terhadapnya sebagai penguasa."

Adapun sejumlah kedustaan semu yang dibuat-buat oleh kelompok Syi'ah Rafidhoh seputar pengangkatan Yazid sebagai penguasa oleh Mu'awiyah radhiallahu anhuma, berupa intimidasi dan teror ancaman bunuh terhadap para shahabat dan putra-putranya bila tidak mau membaiatnya maka semua ini tidak benar sama sekali. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua shahabat membaiatnya kecuali dua orang yaitu Al-Husain bin 'Ali dan 'Abdullah bin Az-Zubair radhiallahu anhum. Mereka berdua melakukannya berdasar ijtihad, akan tetapi akibat yang timbul dari ijtihad ini adalah kejelekan dan kebinasaan yang menimpa kaum muslimin. Semoga Allah mengampuni dan senantiasa mereahmati kedua shahabat ini.

Mu'awiyah meninggal pada tahun 60 H dalam keadaan Yazid tidak berada di sisinya. Yazid sampai setelah meninggal dan dikuburkan. Lalu beliau mendatangi kuburnya dan mensholatinya. Semoga Allah senantiasa merahmati Mu'awiyah seorang shahabat sekaligus mujahid besar yang memiliki kelembutan, pamor, dan keimanan. Juga seorang yang telah memimpin sebuah negara Islam pada masa yang sangat berat dan penuh resiko. Semoga Allah senantiasa meridhoinya.


Catatan kaki:

3. Sunan adalah kitab yang dikumpulkan didalamnya hadits-hadits Nabi shalallahu alaihi wa salam berdasar bab-bab fiqih, seperti Sunan Abi Daud, Sunan At-Tirmidzi, dan lain-lain -pen). 

4. Kitab musnad adalah kitab yang dikumpulkan didalamnya hadits-hadits Nabi shalallahu alaihi wa allam berdasarkan urutan shahabat yang meriwayatkannya seperti Musnad Al-Imam Ahmad -pen)

5. Yang terdapat pada Shahih Muslim adalah keinginan untuk menikahkan beliau dengan Ummu Habibah. Riwayat ini adalah periwayatan yang salah. Ibnu Katsir lebih mendahulukan periwayatan yang di atas yaitu permintaan agar Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menikah dengan 'Izzah, namun beliau tidak bisa untuk memenuhinya karena tidak diperbolehkan menikahi dua orang wanita yang saling bersaudara sekaligus (dalam keadaan salah satunya masih hidup sebagai istrinya -pen). Ketika itu Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah menikah dengan Ummu Habibah jauh sebelum Abu Sufyan masuk Islam. Hal ini diperkuat dengan riwayat Al-Bukhari dan Muslim tentang permintaan Ummu Habibah agar Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menikah dengan saudara perempuannya yaitu 'Izzah.

6. Dalam upaya ini beliau radhiallahu anhuma - sepertinya - bertolak dari keinginannya untuk merealisasikan kabar gembira yang disampaikan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dalam haditsnya tentang takluknya Konstantinopel. Beliau berharap pendudukan wilayah ini berada di masa kekuasaannya:

لَتُفتَحنَّ القُسطنطينيةُ ولنِعمَ الأميرُ أميرُها ولنعم الجيشُ ذلك الجيشُ

"Konstantinopel akan tertundukkan, dan penguasa yang paling baik adalah penguasanya (yang berhasil menguasainya), dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan (yang menguasai) wilayah itu." (HR. Ahmad dan yang lainnya, dilemahkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahaadits Adh-Dha'ifah no. 878 -ed)

7. Apabila disebutkan dalam buku-buku sejarah Islam yang terdahulu wilayah Afrika maka yang dimaksud adalah negara Tunis yang sekarang.

8. Dalam buku terjemah yang berjudul  Tarikh Al-Khulafa' Ar-Rasyidin yang ada kitab aslinya adalah satu jilid -pent)

Baca Juga

Bagikan Yuk:

Postingan Random

Blogger Widgets

Tentang Saya

Sebardi Blog
Ini adalah theme blogger yang dibuat dengan bantuan Halfmoon. Sebuah library atau framework CSS yang bisa diintegrasikan dengan Blogger. Template ini berbeda dengan karya sebelumnya yang menggunakan Bootstrap. Dan theme ini gratis untuk siapapun yang menginginkannya. Karena theme blogger ini dibuat sendiri dari nol. Sama halnya dengan template blogger sebelumnya yang dibuat dengan Bootstrap. Perkenalkan, saya Yusuf dari Indonesia dan ini salah satu template blogger setelah belajar otodidak selama ini. Barangkali butuh referensi untuk belajar komputer secara mandiri? Silahkan kunjungi blog pribadi saya di Sebardi Blog»
🔝
');function getvalue(){for(var b=0;b ')}; //]]>