Ma'asyiral ikhwah wal akhwat rahimani wa rahimakumullah. Pada sore
hari ini, insya Allahu ta'ala kita akan mengkaji sebuah mandhzumah;
rangkaian bait-bait syair, ringkas insya Allah. Yang terdapat
didalamnya, motivasi dan adab-adab seputar menuntut ilmu.
Menuntut ilmu agama, selalu mempelajari ilmu agama, seharusnya mejadi akhlak dan tabiat pokok didalam jiwa. Harus selalu diulang hal tersebut, ditanamkan didalam jiwa. Supaya menjadi kepribadian, menjadi sebuah kebiasaan, dan ia... merasa sejuk dan merasa besar dengannya. Menjadi indah kehidupannya dengan ilmu tersebut.
Iya. Dan ini perlu keseriusan dan perlu perhatian.
Maka diantara jasa ulama kita rahimahumullah semoga Allah merahmati mereka yang telah meninggal dan yang menjaga mereka yang masih hidup. Mereka selalu mengulangi pembahasan tentang keutamaan ilmu, keutamaan orang-orang yang berilmu, kebaikan para penuntut ilmu, serta adab-adab dan etika seputar ilmu agama itu.
Iya, sebab itu adalah sumber kebaikan. Sumber... kebaikan.
Apabila karya-karya mereka selalu kita baca dan kita kaji, maka terdapat, didalam karya-karya tulis tersebut, beraneka ragam bentuk penanaman terhadap keutamaan ilmu dan etika dalam menuntut ilmu. Dan ini tentunya memberi pengaruh didalam jiwa.
Iya. Dan seorang muslim dan muslimah, tidak akan baik kehidupannya di dunia dan tidak di akhirat, kecuali dengan perhatian terhadap ilmu agama dan mengamalkannya didalam kehidupannya.
Karena itu mengikat umat dengan ilmu, selalu memberikan motivasi terhadap ilmu. Ini termasuk perkara penting. Termasuk perkara pokok. Karena itu Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tidak henti-hentinya beliau mengajari para sahabatnya. Dan beliau menganjurkan terhadap ilmu guna mempelajari ilmu. Demikian pula yang dilakukan oleh para sahabat, para tabiin dan para ulama. Karena itu adalah lambang tegaknya agama. Dan ilmu agama adalah lambang kebaikan seorang hamba. Pijakan kebahagiaan tuk seorang hamba di dunia dan di akhirat.
Iya, Apalagi kita dimasa, umat Islam di berbagai penjuru dunia, menghadapi berbagai kemunduran; ditimpa oleh pelbagai musibah dan petaka. Kesemuanya disebabkan karena jauhnya mereka dari ilmu agama.
Iya...
Dan musuh-musuh kaum muslimin yang menghendaki kejelekan terhadap umat islam, mereka tidak pernah takut kepada jumlah kaum muslimin yang banyak, tidak takut kepada perkembangan teknologi, kecanggihan persenjataan. Bukan itu yang mereka takutkan. Yang mereka takutkan adalah kalau umat Islam kembali mempelajari agamanya. Itu yang mereka takutkan.
Iya. Karena itu harus disadari dasar pokok ini. Bidikan dari musuh-musuh Islam. Ingin menjauhkan umat Islam dari mempelajari agamanya. Karena itu mereka membuat berbagai makar untuk menjauhkan kaum muslimin dari mempelajari agama. Apakah itu dijalur pendidikannya. Apakah itu pada hal-hal yang mereka biasa baca di media, apa yang biasa mereka lihat. Apakah itu mentransfer budaya mereka ke tengah kaum muslimin.
Demikian pula memunculkan isu-isu, terorisme, isu wahabi dan sebagainya dari hal-hal yang dengannya mereka ingin memalingkan umat Islam dari mempelajari agamanya. Dan diantara makar mereka yang sangat jitu dan banyak orang yang tidak memahami. Orang-orang kufar memiliki mata-mata yang disusupkan ditengah kaum muslimin. Menginteli... umat Islam. Khususnya para ulama sunnah dan orang-orang yang mengenal sunnah.
Iya. Dan ini sudah terjadi dimana-mana. Tidak di Indonesia tidak pula di luar Indonesia. Kita saksikan dengan kepala-kepala kita, kita dengar dari orang-orang yang terpercaya. Sengaja masuk ditengah Salafiyyin, membuat perpecahan, membuat kerusakan, mengadu domba.
Tujuannya hanya satu, supaya mereka sibuk tidak belajar lagi. Sibuk bertengkar, sibuk pada urusan-urusan yang tidak ada gunanya. Akhirnya tatkala mereka berpaling dari ilmu. Itulah awal mula datangnya kehancuran.
Iya. Karena itu harus disadari, oleh para penuntut ilmu, pentingnya mempelajari ilmu syari dan kewajiban untuk selalu memotivasi diri didalam mempelajari ilmu syari tersebut.
Dipertemuan ringkas ini saya akan membaca sebuah mandzhumah dari kitab Jami' Bayanil Ilmi wa Fadhlihi karya Ibnu Abdil Barr Al Andalusi Al Qurthubi rahimahullah ta'ala. Salah seorang ulama terkemuka (di) Madzhab Malikiyyah. Iya. Beliau penulis kitab At Tamhid dan kitab Al Istidzkar. Dan keduanya terkait dengan Al Muwatho Imam Malik. Dicetak dua kitab ini tercetak hampir 60 jilid semuanya. Dan Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah ta'ala memiliki karya tulis yang lainnya. Diantaranya kitab Jami Bayanil Ilmi wa Fadhlihi........ dst.
Selengkapnya, silahkan kunjungi tautan berikut ini.
Adapun tulisan diatas adalah transkrip dari audio ke teks dari tautan tersebut yang berformat mp3. Hanya saja transkrip audio ke teks pada tulisan diatas itu hanya dari file pertama pada menit 01:32 – 10:00.
Selain dengan mengunjungi tautan tersebut, file mp3 yang menjadi bahan trankrip tadi bisa diunduh lewat tautan berikut:
Versi asli: 15,3 MB; 22 KHz; 24 kbps
Versi ramping: 10,2 MB; 16 KHz; 16 kbps
Dan berikut ini sebagian transkrip mp3 ke teks seputar motivasi dan adab-adab dalam menuntut ilmu dari file kedua di tautan tersebut. Transkrip audio ke teks pada tulisan dibawah ini hanya dari file kedua pada menit menit 03:18 – 10:25.
Disini penulis rahimahullahu ta'ala. Iya ingin menjelaskan kedudukan lisan dan hati pada manusia. Manusia ini dimuliakan oleh Allah. Allah berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
"Sungguh Kami telah memuliakan anak Adam.” 1)*
Ada sudut kemuliaan yang Allah berikan. Iya... tapi kemuliaan itu... dengan ketentuan. Karena itu siapa yang melanggar ketentuan, keluar dari tuntunan syariat. Allah telah berfirman:
وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ
"Siapa yang Allah hinakan maka tidak ada yang bisa memuliakannya." 2)*
Tidak ada yang bisa memuliakannya.
Iya, karena itulah, disini beliau terangkan bahwa lisan dan hati, itu punya keterkaitan didalam ilmu. Punya keterkaitan, didalam ilmu. Iya, dan ini disebut didalam Al-Qur'an:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
"Sesungguhnya dalam hal tersebut ada dzikro" 3)*
Peringatan... Bagi siapa peringatan itu? Iya, dzikro itu dibahasakan untuk ilmu. Al-Qur'an disebut dzikir. Sunnah rasulullah disebut dzikir. Iya. Apa yang disampaikan dari tuntunan agama adalah dzikir. Adalah... dzikir.
Dan Allah berfirman:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
"Beri peringatan. Dan peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” 4)*
Iya dalam hal tersebut ada dzikro ada ilmu. Tapi bagi siapa? Nah, disebutkan ketentuan.
لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ
"Bagi siapa yang memiliki hati. "
Iya. Bermanfaat kalau hatinya memahami ilmu itu. Hatinya disirami dengan ilmu tersebut dengan dzikro tersebut. Hatinya menyerap ilmu tersebut.
لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ
"Dan dia pasang pendengarannya."
Dia pasang pendengaran dia dengar baik-baik untuk dia pahami. Iya, untuk dia pahami. Karena itu seorang penuntut ilmu dari alat yang dia diperlukan ketika dia belajar. Dia memasang pendengarannya baik-baik untuk memahami apa yang diucapkan oleh guru.
وَهُوَ شَهِيدٌ
"Dan dia dalam keadaan syahiid (menyaksikan)"
Perhatikan! ada kehadiran, keseriusan. Nah inilah yang dzikro ini bermanfaat. Iya, ilmu itu bisa diserap. Na'am. Karena itu beliau kaitkan dua hal ini. Hati dan lisan. Dan beliau bahasakan murokkabu.... ditarkib. Sebab penuntut ilmu, diantara tugasnya dia biasakan lisannya dengan ma'lumat. Apa yang dia hapal apa yang dia pahami selalu dia ucapkan di lisannya. Supaya lisannya ini terbiasa dengan ucapan yang baik. Terbiasa dengan kalimat-kalimat yang mulia. Dan apa yang dia ucapkan dari ilmu itu adalah dzikir. Itu adalah...dzikir. Bahkan dari afdholudz dzikir. Dan ini dari keutamaan memuntut ilmu, mempelajari ilmu. Iya.
Dari sini juga beliau ingin menekankan bahwa didalam menghafal, membaca, melatih, itu hendaknya ada gerakan lisan. Gerakan lisan yang menyambung ke hati. Iya, tapi kalau lisannya saja bergerak. Iya seperti orang yang membaca. Dia baca, terbaca, tapi pikirannya kemana-mana. Iya, ingat perniagaannya, ingat pasarnya, ingat urusannya, ingat keluarganya, ingat ini. Iya betul ia membaca, lisannya berjalan. Tapi kalau itu tidak bersambung dengan hatinya. Ini juga tidak memberikan manfaat untuknya. Maka dua hal ini bersambung; lisan dan hatinya al murokkabu fii shodrihi... ditarkib ada didalam dadanya. Ada di dalam dadanya.
Iya. Baik.
Dan disini juga penulis ingin mengesankan. Dan ini termasuk pembahasan penting. Iya. bahwa seorang didalam menuntut ilmu hendaknya dia lapangkan hatinya untuk ilmu tersebut. Dia kosongkan hatinya untuk ilmu tersebut. Iya. Dan ini diantara etika dan adab didalam mempelajari ilmu agama. Iya, tafarughul qalb.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
مَّا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِّن قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ
"Allah tidak menjadikan pada seorang itu ada dua hati didalam dirinya.” 5)*
Iya, dia jangan ada dua pikiran kalau ingin bagus dalam ilmu. Konsentrasi. Iya dan dia putus dari hal yang terkait dengan dunianya pada saat dia mempelajari ilmu. Dan ini adalah hal yang penting, didalam memahami ilmu tersebut. Iya, ketika dia duduk di majlis ilmu, berada di taman-taman sorga. dia lupa semua yang lainnya. Dia cuma ingat... ilmu yang apa? ilmu yang disampaikan. Dia merasa dirinya nikmat didalam ibadah. Nah ini yang harusnya dihadirkan oleh seorang penuntut ilmu....dst.
Selengkapnya, silahkan kunjungi tautan berikut ini lalu klik Play in Popup untuk mendengarkan mp3 rekaman kajian dengan durasi seluruhnya sebanyak 2 jam 12 menit 57 detik tersebut.
Selain lewat tautan tadi, file kedua bisa diunduh lewat tautan berikut:
Versi asli: 22,8 MB; 22 KHz; 24 Kbps
Versi hemat: 15,2 MB; 16 KHz; 16 Kbps
Catatan kaki:
1)* QS. Al Isro: 70
2)* QS. Al Hajj: 18
3)* QS. Qaaf: 37
4)* QS. Adz Dzariyaat: 55
5)* QS. Al Ahzab: 4
1)* QS. Al Isro: 70
2)* QS. Al Hajj: 18
3)* QS. Qaaf: 37
4)* QS. Adz Dzariyaat: 55
5)* QS. Al Ahzab: 4
Semoga bermanfaat.